Link2Communion.com
Selamat Datang di blog sederhana ini,mudah mudahan bisa share dan bermanfaat banyak bagi anda

October 09, 2010

FITRAH

OLEH : ERIK HARYADI


Ketika umat Islam merayakan Idul Fithri, sesungguhnya harus di­pahami bahwa seluruh bangunan ajaran Islam dimulai dengan konsep fithrah. Mengapa? Karena manusia dilahirkan dalam fithrah (keadaan asal yang suci).

Dengan berpuasa secara baik dan benar, maka pada saat hari Idul Fitri dengan sendirinya orang beriman akan menyandang predikat fitri, artinya ia kembali kepada kesu­ nurani, atau yang alamiah—sebab menurut alamiahnya (by nature) manusia itu mencintai kebajikan dan kebenaran. Setelah setahun hati nurani tertutup oleh kepentingan diri, vested interest, kepicikan hati, kesempitan diri, dengan men­jalankan ibadah puasa secara be­nar—tidak hanya menahan makan, mi­num serta semua yang dapat membatalkan puasa seperti dalam pemahaman fiqih formal namun juga mampu mengendalikan dari godaan dan dorongan hawa naf­su—maka hati nurani akan menjadi baik kembali. Kembali memiliki ke­pekan ruhani terhadap aturan moral atau akhlak.

Fitrah, dalam hal ini adalah kejadian asal yang suci. Maka manusia me­nurut asal kejadiannya adalah makh­luk yang suci. Dalam sebuah Hadis dijelaskan bahwa “Setiap anak dilahirkan dalam kesucian”. Akibat dari fitrah ini adalah ma­nusia menjadi hanif, yaitu cen­derung kepada yang baik dan benar. Ka­rena itu agama yang benar di­sebut sebagai agama hanif, seperti agama Ibrahim, “Ikutilah ajaran Ibrahim yang murni” (Q., 16: 123), yaitu agama yang secara alami mengikat kepada yang baik dan benar. Hal demikian berarti merupakan pandangan yang sangat optimis mengenai manusia.

Di dalam Al-Quran terdapat ayat yang sangat penting, yaitu Maka hadapkanlah wajahmu benar-benar kepada agama, menurut fitrah Allah yang atas pola itu Ia mencip­takan manusia. Tiada perubahan pada ciptaan Allah, itulah agama yang baku, tetapi kebanyakan ma­nusia tidak tahu (Q., 30: 30). Dari ayat ini diketahui bahwa agama yang lurus adalah agama kema­nusiaan primordial yang di dalam Al-Quran disebut Adam. Maka Adam merupakan simbol dari ma­nusia primordial.

Penciptaan manusia sebagai makh­luk yang baik sehingga selalu mencari yang baik merupakan ketetapan untuk selamanya. Arti­nya, bahwa sampai kapan pun sifat manusia akan tetap seper­ti itu. Hal ini kemudian digarap oleh filosof Muslim yang menjadi suatu ajaran menge­nai perennial wisdom, bahwa kehanifan dan fitrah menghasilkan suatu wisdom, hikmah. Yaitu suatu wisdom yang abadi, hati manusia yang paling dalam yang selalu cenderung kepada kesucian. Inilah yang sekarang dikenal sebagai perennialisme, yaitu mencoba meng­ungkapkan apa jati diri manusia yang paling abadi, yang tidak lain adalah fitrahnya dan ke­hanifannya.

Berbeda dengan pandangan di atas, dalam agama Kristen, karena manusia lahir mewarisi dosa dari Adam, manusia diciptakan da­lam kejelekan dan keburukan. Tetapi Tuhan sebagai Yang Maha Penga­sih tidak mau melihat umat-Nya sengsara sehingga diutuslah Anak-Nya untuk menjadi sang penebus dosa. Dalam hal dosa-dosa biasa memang dapat ditebus dengan kambing sebagai kurban, tetapi dalam hal dosa asal, karena kelewat besar, maka kurban apa pun tidak dapat menebusnya ke­cuali kalau Tuhan sendiri yang berkurban. Maka Yesus merupakan Tuhan yang telah menjadi manusia. Perkataan Immanuel yang sebe­narnya berarti “Tuhan beserta kita” berubah menjadi Tuhan yang telah menjadi manusia, yaitu Yesus.

0 comments:

Post a Comment

Bebas komentar, asalkan tidak mengandung SARA, penghinaan, ataupun hall2 yg tidak sopan, juga tidak untuk beriklan ataupun promosi.

 

About Me

My photo
SELALU SUKA MENCOBA DENGAN HAL HAL YANG BARU, MENANTANG, DAN MEMACU ADRENALIN, TAPI MASIH DALAM KORIDOR ETIKA. OKE

Followers

MY FUN BOOKS